Sunday, September 23, 2007

Artikel mengenai Ku Li dan Petronas di Indonesia

Tulisan ini telah dipublikasikan pula diTabloid Mingguan Mentari
Edisi 006/Th I/2 - 8 September 2001

PETRONAS kini lebih dikenal sebagai nama gedung kembar (Twin Tower) pencakar langit di Kuala Lumpur, Malaysia. Gedung ini termasuk gedung tertinggi didunia. Padahal PETRONAS sesungguhnya bukan lah perusahaan properti, PETRONAS adalah PERTAMINA-nya Malaysia. Kini PETRONAS yang dulu belajar dari PERTAMINA, telah tumbuh menjadi perusahaan raksasa, mereka merambah kemana-mana, ke Kazakstan, Myanmar, ke Afrika dan lain-lain. PETRONAS bahkan telah membangun dua unit gedung pencakar langit yang menjadi kebanggaan rakyat Malaysia itu.

Di Semenanjung, nama PETRONAS tak akan dipisahkan dari Tengku Razaleigh. Tokoh anak Kelantan inilah yang berjasa mendirikan PETRONAS. Saya dari dulu ingin bersua dengan Tengku yang satu ini dan saya beruntung (mimpi kali ye?). Melalui jasa sohib saya Aziz Cemok, saya berhasil menemui "Raja Minyak dari Malaysia" ini di kantornya terkesan anggun di pusat kota Kuala Lumpur belum lama ini. Bayangan saya akan berhadapan dengan seorang tokoh glamour, sebagaimana layaknya orang-orang berkecimpung dalam bisnis perminyakan, serta merta sirna. Saya bertemu dengan seorang tokoh yang sangat kebapakan, akrab dan low profile.

Tokoh ini, 35 tahun yang lalu, ketika masih berumur 28 tahun diberi tugas oleh Tuanku Abdurrahman, Perdana Menteri ketika itu, untuk menyusun konsep pengelolaan minyak bumi di Malaysia. Masalahnya ketika ada operasi "Ganyang Malaysia" di awal tahun enampuluhan, Malaysia memberikan kebebasan kepada Sabah dan Serawak untuk mengelola hasil minyak buminya. Kebijakan ini diambil agar Sabah dan Serawak tetap setia ke Semenanjung Malaysia. Ketika kemudian hubungan Indonesia dan Malaysia kembali normal, ganyang-menggayang usai, pusat kekuasaan di Kuala Lumpur bingung bagaimana sebaiknya pengelolaan minyak di Sabah dan Serawak ini.

The Rising Star, Tengku Razaleigh, mendapat tugas dari Perdana Menteri. Apa yang dilakukannya pertama adalah belajar dari Pertamina. Maka dia pun meondar-mandir Kuala Lumpur-Jakarta untuk menemui Dr Ibnu Soetowo. "Suatu kali saya diajak Pak Ibnu Soetowo dalam kunjungannya ke daerah, saya lupa dimana, saya kagum sekali melihat Pak Ibnu Soetowo disambut seperti raja".

Diilhami oleh Pertamina, Tengku Razaleigh mendirikan PETRONAS. Sistim penambangan minyak diperbaharui. Perusahaan-perusahaan Malaysia harus ikut dalam konsesi minyak yang sebelumnya telah diberikan kepada orang asing. Tengku Razeleigh bercerita bagaimana Amerika sewot, mereka protes, Presiden Gerald Ford bahkan sampai menelepon Perdana Menteri. "Tapi saya tak takut, saya tak bisa diberhentikan Amerika, saya pun tak digaji PETRONAS".

"Saya hanya mengajukan konsep yang sederhana saja, sebelumnya orang Barat diberi konsensi: selama masih ada bulan dan bintang. Mana boleh", kata Tengku. Berbual-bual dengan Tengku Razeleigh, rasanya saya ingin berlama-lama. Lembut penuh keakraban, penuh kehangtan dan penuh kearifan, itulah kesan saya terhadap sosok ini. Dari penampilannya yang bersahaja tidak tampak bahwa dia adalah seorang tokoh penting Malaysia. Majalah Asiaweek edisi November 1999 menyebutkan sebagai "The Leader ini Waiting", pemimpin yang sedang menunggu. Jelas yang dimaksud oleh Asiaweek yang ditunggu Tengku Razaleigh adalah kursi Perdana Menteri.

Siapa Tengku Razaleigh? Walau tidak pernah menepuk dada, dia bukanlah Tengku sembarang Tengku. Tengku ini adalah seorang ahli ekonomi yang dianggap mampu mengimbangi pemikiran Dr Mahathir dalam visi perekonomian Malaysia. Pengalamannya memang mengesankan. Disamping pendiri PETRONAS, Tengku Razeleigh adalah juga pendiri Bank Bumi Putera dan Badan Investasi Negara, PERNAS, bahkan juga pernah menjadi Menteri Keuangan serta Menteri Perdagangan dan Perindustrian Malaysia.

Dengan pembawaannya yang lembut tak terbayangkan oleh bagaimana Tengku Razaleigh bisa menantang Dr Mahathir untuk memperbutkan kursi Presiden UMNO pada tahun 1987, walaupun akhirnya dia "tewas". Namun mencatat, dengan hanya kalah 43 suara dari 1.479, pertarungan itu dianggap paling sengit sepanjang sejarah Malaysia. Kekalahan itu membawa Tengku keluar dari UMNO untuk kemudian mendirikam Partai Semangat '46 dan berkoalisi dengan Partai Islam se Malaysia (PAS) di negerinya Kelantan. Dalam pemilu 1990 Partai Semangat dan PAS menyapu bersih semua kursi Parlemen untuk Kelantan.

Namun ketika Tengku Razaleigh kembali ke UMNO tahun 1996 dia pun diterima karena dianggap sebagai tokoh Melayu yang cerdas memiliki kadar intelektualitas yang tinggi. Tengku Razaleigh adalah tokoh dari Kelantan yang dianggap mampu mengalahkan Tuan Guru Nik Aziz Mat pemimpin PAS di Kelantan yang tidak pernah berhasil ditundukkan oleh Dr. Mahathir.

Menurut pengamat dari Malaysia, apabila Tengku berhasil mengalahkan Cik Gu Nik Aziz di Kelantan maka peluang untuk naik ke pucuk pimpinan UMNO sangatlah besar, apalgi Tengku dianggap sebagai tokoh mempersatukan Melayu di Malaysia setelah retak akibat isu Anwar Ibrahim. Tengku Razaleigh dianggap bersikap netral dalam isu yang paling banyak disorot di Malaysia dalam satu dekade terkahir ii. Oleh karena itu dengan kapasitasnya yang sangat besar Tengku Razaleigh dianggap paling sesuai menggantikan Dr.MahathirMuhammad sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Tengku Razaleigh kini memang tidak lagi menjadi teraju PETRONAS. Tapi PETRONAS yang belajar dari PERTAMINA itu telah diasuhnya menjadi anak yang pandai mengali-ngali dan membagi-bagi sehingga mampu memberikan kado istimewa bagi Malaysia dan tentu dicintai rakyatnya.

Tanggal 31 Agustus ini adalah hari Kebangsaan Malaysia, entah kado apalagi yang diberikan oleh PETRONAS kepada negaranya. Tengku Razaleigh, tolong ajarkan kami ilmu mengali dan membagi.

No comments: